Rafflesia Rochussenii
Rafflesia rochussenii oleh sebagian ilmuan pernah dianggap telah punah, karena sudah lama tidak ditemukan lagi (publikasi terakhir tahun 1941 oleh Van Stenis). Namun pada bulan Juni 1990, berhasil ditemukan kembali dalam bentuk bunga mekar sempurna oleh Lawalata IPB di Gunung Salak pada ketinggian 1.350 m dpl.
Temuan tersebut ditindak lanjuti dengan penelitian dari bulan Agustus 1990 hingga bulan Januari 1991. dari hasil pengamatan dapat diduga bahwa usia siklus hidup Rafflesia rochussenii 2,5 tahun dengan rincian : kuncup pertama sampai bunga mekar 739 hari, bunga mulai mekar hingga mekar sempurna 35 hari, bunga mekar hingga layu 7 hari, bunga layu hingga biji masak 133 hari (Zuhud, et al., 1994).
Pertumbuhan rata–rata kuncup Rafflesia rochussenii adalah 0,017 cm per hari, namun sebenarnya pertumbuhan itu tidak selalu sama pada tiap individu kuncup, begitu juga pertumbuhan itu tidak konstan, semakin besar kuncup maka laju pertumbuhan diameternya semakin lambat. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa satu batang Tetrastigma lanceolarium ditumbuhi berkisar 0 – 18 individu Rafflesia rochussenii dan tumbuh pada akar dengan diameter 0,5 – 2,5 cm yaitu akar yang tersebar banyak dilapisan tanah teratas, sehingga lebih banyak kemungkinan bagi biji Rafflesia rochussenii terinfeksi ke jaringan perakaran Tetrastigma lanceolarium (Zuhud et al, 1994)
Rafflesia rochussenii diduga termasuk salah satu jenis Rafflesia yang terlangka. Diantara 3 jenis Rafflesia yang ditemukan di Jawa yang inilah yang jarang diberitakan. Bunganya berwarna merah tua sampai ungu kecoklatan dengan bintil–bintil kecil dipermukaan atas permukaan atas perhiasan bunganya. Ketika mekar penuh dimater bunganya antara 14 – 30 cm. puncak poros bunganya mendatar seperti piring dengan atau tanpa tepian yang menarik perlahan. Cuatan bunga pada diskus tidak ada, jika ada hanya berkisar antara 1 – 8 buah berbentuk seperti kerucut lebar setinggi 3 – 7 mm. bau busuk hampir tidak tercium dari bunganya.
Kondisi ekologis dari Rafflesia rochussenii dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Jenis tanah cenderung memiliki konsistensi tanah lunak dan gembur, tidak terlalu lembab dan suhu rata–rata 20 ˚C. pH tanah masam hingga agak masam; kandungan unsur N dan C tanah relatif tinggi sedangkan kandungan P. Ca dan Mg tanah relatif rendah,. Serat kandungan K dan Na relatif sedang.
Vegetasi paling dominan untuk tingkat pohon pada habitat Rafflesia rochussenii adalah Altingia excelsa, Schima wallichii, sedangkan untuk tumbuhan bahwa didominasi oleh Cycas rumphii.
Hewan penyerbuk pada Rafflesia rochussenii yang sedang mekar diduga spesies lalat hijau (Lucilia sp), lalat abu–abu (Sarcophaga sp dan lalat buah (Drosophila melanogaster). Selain lalat ditemukan pula semut merah dan hitam yang termasuk ke dalam organ bunga. Hewan penyebar biji diduga dari spesies hewan berkuku seperti landak (Histix brachyura), tupai (Tupaia glis), babi hutan (Sus scfofa), lunak (Paraxurus hermaproditus) dan dari spesies serangga, seperti rayap tanah (Macrotermes sp) dan semut (Polyergus sp).
Ancaman kelestarian dari Rafflesia rochussenii berdasarkan pengamatan, faktor yang utama adalah faktor manusia yaitu terjadinya kerusakan habitat dan matinya tumbuhan inang, akibat adanya penebangan dan penyaradan kayu curian oleh masyarakat dan lebih parah lagi ada populasi kuncup Rafflesia rochussenii yang mati akibat kegiatan ini. Untuk kelesatarian spesies yang sangat langka ini, maka kawasan ini mutlak dilindungi, sebagai kawasan Suaka Alam Flora Langka Rafflesia rochussenii (Zuhud et al., 1994)
No comments:
Post a Comment